Baru-baru ini, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Baru Fisika menunjukkan bahwa asumsi lama bahwa goal fantastis tersebut hanya merupakan sebuah kebetulan saja adalah salah.
Sebuah tim ilmuwan Perancis berhasil menemukan lintasan bola dan mengembangkan persamaan untuk menggambarkannya.
Mereka mengatakan itu bisa diulang jika bola ditendang cukup keras, dengan spin yang tepat dan, secara krusial, tendangan diambil dari jarak yang cukup jauh dari gawang.
Roberto Carlos mencetak gol ajaib ini saat pertandingan perdana di Tournoi de France, sebuah turnamen sepak bola persahabatan internasional yang diselenggarakan di Perancis menjelang Piala Dunia 1998.
Banyak pakar menyebutnya sebagai "gol yang menentang fisika", tetapi makalah baru menguraikan persamaan yang menggambarkan lintasan yang tepat.
"Kami telah menunjukkan bahwa jalur bola ketika berputar adalah spiral," ungkap Christophe Clanet, pemimpin peneliti dari Ecole Polytechnique di Paris kepada BBC News.
Dr. Clanet menggambarkannya sebagai "lintasan berbentuk tempurung siput", karena semakin lama tingkat kelengkungan bola semakin meningkat.
Karena Roberto Carlos berjarak 35 meter (115 kaki) dari gawang ketika dia menendang bola, maka lintasan spiral lebih terlihat. Jadi bola tersebut sebenarnya mengikuti kurva secara alami.
Dr. Clanet dan rekannya David Quere sedang mempelajari lintasan peluru ketika mereka membuat penemuan olahraga mereka.
Mereka menggunakan air dan bola plastik dengan kepadatan yang sama dengan air untuk "menyederhanakan masalah".
Pendekatan ini menghilangkan efek turbulensi udara dan gravitasi dan menunjukkan jalur fisika murni dari bola yang berputar.
"Di lapangan sepak bola yang sebenarnya, kita akan melihat sesuatu yang mendekati spiral yang ideal ini, tetapi gravitasi akan memodifikasinya," jelas Dr. Clanet.
"Tapi jika Anda menembak cukup kuat, seperti yang Carlos lakukan, Anda dapat meminimalkan efek gravitasi."
Aspek penting dari tendangan ajaib ini, menurut para ilmuwan, adalah jarak yang harus ditempuh bola untuk menaklukkan Fabian Barthez.
"Jika jarak ini kecil," kata Dr Clanet, "Anda hanya melihat bagian pertama kurva".
"Tapi jika jaraknya besar - seperti dengan tendangan Carlos - Anda melihat peningkatan kurva, jadi Anda melihat seluruh lintasan.."